A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan islam
adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran
Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik,
hubungan pendidikan dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana,
pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan
pada ajaran Islam. Itulah yang disebut dengan pendidikan Islam, atau pendidikan
yang islami.
Definisi
pendidikan agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan MI adalah:"Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman."
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam ( knowing),
terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam ( doing ), dan
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari ( being ).
B. Pengertian Alat / Media Pendidikan Islam
Dari
beberapa literature, tidak terdapat perbedaan pengertian antara alat dan media
pendidikan, Zakiah Darajat menyebutkan pengertian alat pendidikan sama dengan
media pendidikan sebagai sarana pendidikan.
Term alat
berarti barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan
media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari medium yang secara
hafifah berarti perantara atau pengantar.
Dalam hal
ini batasan makna media pendidikan dirumuskan pada beberapa batasan.Diantaranya,
Gegne menyebutkan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
Sementara
Brigs mendefinisikan media sebagai salah satu bentuk alat fisik yang dapat
menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dari dua definisi
mengacu pada penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses
penyampaian pesan.
Selanjutnya
yang dimaksud dengan alat/media pendidikan Islam disini adalah jalan atau cara
yang dapat ditempuh unuk menyampaikan bahan
atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud keperibadian
muslim.
Alat pendidikan Islam yaitu segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam,dengan
demikian maka alat ini mencangkup apa saja yang dapat digunakan dan mempunyai
peranan penting sebab alat/media dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing
anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi kepribadian muslimyang
diridhoi oleh Allah.Oleh karena itu
alat pendidikan harus searah dengan Al-Quran dan Sunnah, atau dengan kata lain,
tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
C. Jenis/Alat Pendidikan dalam Islam
Dalam
pengertian yang luas, peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan
murid dalam proses pendidikan. Ini mencakup perangkat keras dan perangkat
lunak. Perangkat keras misalnya gedung sekolah dan alat laboratorium; perangkat lunak umpanya kurikulum, metode,
dan administrasi pendidikan.
Peralatan
yang berupa gedung, perpustakaan, alat-alat yang digunakan tatkala belajar di
kelas, amat erat hubungannya dengan mutu sekolah, apalagi bila alat-alat
peraga, alat bantu seperti dalam pengajaran fisika, biologi, anatomi, atau
biografi. Banyak sekali konsep pengentahuan yang dipelajari murid yang amat sulit,
bahkan tidak mungkin dipahami tanpa bantuan alat pelajaran.
Madeo
Ekosusilo membagi alat pendidikan menjadi 2 jenis, yaitu :
1.
Alat
pendidikan yang bersifat materiil, yaitu alat pengajaran yang berupa
benda-benda yang nyata; dan
2.
Alat
pendidikan yang bersifat non materiil, yaitu alat-alat pendidikan yang bersifat
kebendaan melainkan segala macam keaadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan
yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam melaksanakan
pendidikan.
Alat-alat pendidikan yang bersifat
materiil berupa benda-benda nyata yang dapat dilihat indera mata dan dapat
diraba dengan indera kulit. Sedangkan alat-alat pendidikan yang bersifat non
materiil tidak berupa benda-benda oleh
karenanya tidak dapat dilihat dengan mata dan diraba dengan kulit tetapi dapat
didengar dengan indera telinga dan dapat dirasakan dengan pengertian /
pemahaman dan perasaan.
Sarana dan prasarana termasuk ke
dalam alat-alat pendidikan formal. Dalam Sisdiknas 2003 pasal 45 ayat 1
dijelaskan, setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana
dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaaan peserta didik.
Sarana meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber-sumber lainnya, bahan habis
pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sedangkan prasarana meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang / tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Selain itu, dana dan pembiayaan juga termasuk kedalam aspek alat pendidikan.
Memang, alat pendidikan pada umumnya bersangkutan sangat erat dengan dana.
Sekolah yang baik haruslah mempunyai
alat-alat yang memenuhi syarat, baik jumlah maupun mutu. Penyediaan alat-alat
itu sebagian besar tergantung pada ketersediaan dana. Dana adalah uang. Karena
itu sekolah yang baik memerlukan biaya yang besar.
Kebutuhan perangkat keras untuk
sekolah Islam tidak banyak berbeda dengan kebutuhan perangkat keras untuk
sekolah-sekolah yang berkembang di Barat. Kebutuhan itu antara lain berupa
ruang belajar, perpustakaan, alat-alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar,
laboratorium, buku pegangan guru, dan murid, gaji guru dan pegawai lainnya.
Yang khas merupakan kebutuhan sekolah Islam sarana ibadah berupa ruang ibadah
dan segenap peralatannya.
Perangkat lunak yang diperlukan oleh
sekolah-sekolah Islam adalah semua perangkat lunak yang diperkirakan menunjan
tercapainya tujuan pendidikan Islam, sesuai dengan jenis dan tingkat sekolah
yang bersangkutan. Khusus mengenai perencanaan bahkan pengajaran dan metode
mengajar, Nasution mengemukakan perlunya dipertimbangkan hal-hal berikut:
1.
Kematangan
murid
2.
Pengalaman
murid
3.
Minat
murid
4.
Kebutuhan
murid
5.
Taraf
kesulitan bahan.
Sedangkan menurut Ahmadi, dalam
pemakaian alat-alat pendidikan harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.
Tujuan
pendidikan
2.
Jenis
alat pendidikan
3.
Pendidikan
yang memakai alat pendidikan
4.
Peserta
didik yang dikenai alat pendidikan.
D. Pentingnya Media/Alat dalam Pendidikan Islam
tokoh-tokoh pendidikan islami dahulu sudah mengetahui pentingnya
alat-alat bagi peningkatan mutu pendidikan, dimulai dari yang amat sederhana,
sampai penggunaan alat yang amat modern, dilihat dari sudut perkembangan teori
pendidikan ketika itu.
Pada masa permulaan Islam, alat-alat yang digunakan dalam
pengajaran amat sederhana.Pengajaran diberikan di rumah.Kadang-kadang di
mesjid.Rumah Rasulullah pernah digunakan untuk tempat belajar. Rumah Arqam bin Abi Arqam pernah digunakan
oleh para sahabat untuk mempelajari pokok-pokok ajaran Islam dan pengajaran
hafalan Al-Qur’an.
Karena rumah dipersiapkan untuk tempat istirahat dan menikmati ke
tentraman, maka tidak layak rumah digunakan sebagai tempat belajar dan
mengajar.Orang yang mengajar dan belajar pasti sering ribut, hiruk-pikuk; itu
mengganggu ketenangan peghuni rumah. Rumah tangga harus dihormati, harus tentram, dank
karena itu, bila akan memasuki rumah, haruslah ada izin dari pemilik rumah.
Oleh karena itu, tempat pengajaran dipindahkan ke mesjid, langgar,
sekolah.Muslim ketika itu mengirimkan anak-anaknya belajar ke mesjid.Di
Indonesia banyak orang mengrimkan anaknya belajar di pesantren. Mesjid al-Azhar
dibangun oleh Jauhar al-Tsaqili, terletak di kota Kairo, Mesir, pada zaman
pemerintahan Mu’iz Lidinillah al-Fathimy. Mulai dibangun dari Sabtu 24
Jumadilawal 359 H atau 970 M dan selesai 361 H atau 972 M. Pada tahun 761 H,
tatkala pemerintahan Malik al-Nashir Qalawun, di samping mesjid itu dibangun
sebuah ruangan untuk mengajarkan al-Qur’an. Fiqh yang diajarkan adalah fiqh
mazhab Abu Hanifah.Sekolah ini mempunyai harta wakaf.Perkembangan terus
terjadi. Menurut catatan Al-Abrasyi (1974:68), pada tahun 1283 H atau 1875 M di
a-Azhar sudah terdapat kira-kira 325 ulama dan dosen serta 10.780 pelajar.
Mesjid Al-Manshur di Baghdad dibangun oleh Abu Ja’far al-Manshur
dan diperbarui esrta diperluas oleh Harun al-Rasyid.Mesjid Al-Umayyah di
Damaskus dibangun oleh Khalifah Walid ibnu Abdul Malik, menghabiskan biaya
hasil pajak negara selama tujuh tahun, dikerjakan selama delapan tahun.Mesid
ini digunakan juga sebagai tempat pengajarn.Khatib al-Baghdadi pada tahun 456 H
pernah memberikan pelajaran di mesjid ini dalam ilmu hadits (Al-Abrasyi,
1974:72).
Pada zaman
Abbasiyah, kaum muslimin banyak bergaul dengan bangsa lain yang memiliki
kebudayaan. Kebudayaan itu mempengaruhi kaum Muslimin. Orang muslim juga ingin
mengetahui kebudayaan asing itu. Maka buku-buku asing diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab, mencakup filsafat orang Romawi serta sainsnya.Ulama-ulama Islam
berlomba-lomba mengumpulkan karangan dari luar Islam.Mereka mengumpulkannya di
perpustakaan terjemahan. Maka muncullah ulama besar di kalangan muslimseperti
Muhammad ibn Musa al-Khuwarizmi dan Abu Ja’far Muhammad. Darul Hikmah itu dapat
dipandang sebagai universitas sekarang; di sana ada perpustakaan, berkumpul
para ulama, dan banyak juga mahasiswa. Kaum Fatihimiyah di Mesir mencontoh Drul
Hikmah yang didirikan oleh Abbasiyah di Baghdad; mereka mendirikan Drul ‘Ilmi
di Kairo. Al-Maqrizi menceritakan bahwa Draul ‘Ilmi dibuka di Kairo pada tahun
395 H dan ditutup pada tahun 516 H (lihat Al-Abrasyi, 1974;73-74).
Bila semua alat pendidikan di kalangan umat Islam amat sederhana,
maka pda zaman pertengahan Islam sudah ada ruanagn yang luas untuk tempat untuk
tempat perkuliahan, sudah ada asrama untuk mahasiswa, juga ada rumah-rumah
pengajar, dilengkapi pula dengan tempat-tempat rekreasi, kamar mandi, dapur,
dan ruang makan (Al-Abrasyi, 1974:82).
Sewaktu
keturunan Saljuq menguasai kota Bghdad dan sebagian besar dunia Islam,
menonjollah nama seorang menteri, yaitu Nizam al-Mulk. Ia mendirikn Madrasah
Nizamiyah. Sekolah ini didirikan pada tahun 457 H dan selesai 459 H, letaknya
di pinggir Sungai Dajlah.Al-Ghazali, setelah menangdalam suatu perdebatan,
diangkat oleh Nizam al-Mulk mengajar di madrasah ini.Madrasah Nizamiyah ini
ditiru oleh daerah Muslim lainnya.Katakanlah madrasah merupakan model madrasah
ketika itu.
Di perpustakaan Madrasah Nizamiyah Baghdad terdapat buku kira-kira
6000 judul.Di Madrasah al-Muntasiriyah Baghdad bahkan ada pemandian dan rumah
sakit yang selalu ada dokternya (Al-Abrasyi, 1974:84-85). Berdasarkan berbagai sumber dapat diketahui
bahwa yang paling diistimewakan oleh muslim pada zaman pertengahan dalam
membangun sekolah adalah perpustakaan. Dari bahan bacaan itu kita mengetahui
bahwa orang Islam pada zaman pertengahan telah mengetahui benar perlunya
peralatan bagi pembagunan sekolah.
Peralatan
sekolah yang dapat disediakan mereka dapat dikatakan amat maju dilihat dari
perkembangan peradaban ketika itu. Akan tetapi, bagaimana perhatian muslim
sekarang, khususnya di Indonesia, terhadap peralatan sekolah?
Muslim Indonesia sekarang ini sudah mengetahui perlunya tersedia
alat-alat pendidikan untuk membangun sekolah yang bermutu.Akan tetapi, itu
bukan berarti pengetahuan mereka itucukup teliti, juga belum berarti bahwa
teori-teori tentang itu sudah benar-benar dikuasai mereka.Alat-alat pendidikan
yang mendasar, seperti tempat belajar dan alat-alat belajar yang sederhana,
memang sudah dikenal mereka.Akan tetapi, untuk yang ini pun kita masih
menyaksikan adanya pembangunan sarana belajar yang kelihatannya kurang
direncanakan dengan baik.Mungkin saja sebabnya adalah belum dikuasainya
teori-teori baru tentang itu.Kendala yang sudah jelas, dan sering sekali
dikemukakan, adalah kekurangan biaya.Alasan ini, menurut hemat saya, tidak selalu benar.Alasan yang lebih meyakinkan
adalah penguasaan teori-teori tentang peralatan memang kurang dikuasi dengan
baik.
Gedung sekolah yang mempunyai ruang-ruang belajar yang memenuhi
syarat, jelas lebih memberikan kemungkinan kepada siswa untuk belajar lebih
enak dibandingkan dengan ruang belajar yang sempit, udara yang kurang lancer
sirkulasinya, cahaya yang kurang memenuhi syarat.Demikian juga tentang ruang
baca perpustakaan, ruang bimbingan dan penyuluhan, sampai kamar-kamar tempat
buang hajat seluruh civitas academics suatu sekolah.Dengan demikian,
jelas bahwa peralatan amat membantu dalam meningkatkan mutu suatau sekolah.
Jenis- jenis peralatan sekolah pada umumnya sama, kecuali bagi
sekolah-sekolah tertentu sesuai dengan keperluannya masing-masing menurut sifat
khas pengajaran sesuai dengan tujuan kurikulernya. Peralatan yang diperlukan
oleh sekolah pertanian akan sedikit berbeda dari peralatan yang diperlukan oleh
sekolah akuntansi; sekolah perawat kesehatan memerlukan alat-alat yang agak
berbeda dari keperluan sekolah pertukangan.
Sebenarnya, persoalan ini telah diketahui secara umum oleh pengurus
sekolah islami sejak dahulu.Kenyataan yang sering disaksikan adalah
kekurangtelitian dalam perencanaan pengadaan peralatan.Kadang-kadang
perencanaan itu tidak dibuat secara menyeluruh.Mula-mula dibangun gedung
sekolah.Ini pun sering kali tidak direncanakan dengan matang mengenai letak,
bentuk ukuran, dan kemungkinan pengembangan.Akibatnya, sering kita saksikan
ruang praktek tidak pada tempatnya; ini merupakan akibat perluasan yang
dilakukan seadanya, tanpa perencanaan yang menyeluruh sejak awal.Mesjid
kadang-kadang dibangun di tempat yang kurang tepat.Setelah gedung-gedung banyak
dibangun, biasanya secara berangsur-angsur, kita menyaksikan seolah-olah
gedung-gedung itu ditumpuk secara tidak teratur.Dalam hal seperti
ini.Sebenarnya bukan kekurangan bahan bangunan, melainkan kekurangtelitian
dalam perencanaan.Yang terakhir ini mungkin karena memang kurang ahli, mungkin
juga karena kurang teliti. Kedua-duanya menghasilkan akibat yang sama, yaitu
peralatan tidak membantu peningkatan mutu secara maksimal.
Dalam
menghadapi masalah ini, satu saran perlu diberikan, yaitu rencanakanlah
pembangunan gedung dengan hati-hati, dan buatlah rencana menyeluruh. Dengan
perencanaan yang menyeluruh dan teliti, penghematan dana dapat dilakukan.
Dengan kata lain, penghamburan dana secara mubazir dapat saja terjadi karena
keliru dalam membuat rencana pembangunan peralatan.
Pengadaan alat-alat belajar selain gedung tidak kalah perlu dan
mahal dibandingkan dengan pengadaan tempat belajar tersebut.Peralatan
laboratorium ada yang harganya mahal sekali.Akan tetapi, ada juga peralatan
yang cukup murah.Papan tulis, kapur tulis, penghapus papan tulis,
misalnya.Tetapi anehnya, sering juga kita saksikan peralatan yang murah ini
kurang diperhatikan dengan sungguh-sungguh.Apakah anda belum pernah melihat
papan tulis yang sulit ditulis?Kapur tulis yang sulit digunakan untuk
menulis?Lantas penghapus papan tulis yang kurang berfungsi menghapus? Gejala apa ini? Ini bukan gejala kekurangan
dana. Ini gejala kekurangtelitian dalam pengadaan alat-alat belajar. Padahal,
alat-alat itu setiap hari digunakan dan menyangkut secara langsung proses
pengajaran. Sering siswa salah mencatat karena tulisan dipapan tulis tidak
jelas; guru merasa kesal menulis karena papan tulis sulit ditulisi dengan kapur.
Hal-hal kecil ini seringkali mempunyai pengaruh besar,tetapi jangan-janagn
kurang diperhatikan oleh kepala sekolah. Kadang-kdang papan tulis kecil sekali.
Dalam pengajaran tertentu hal ini amat mengganggu proses belajar-mengajar.
Mengapa, misalnya, tidak seluruh dinding di depan itu dipenuhi saja oleh papan
tulis? Biayanya tidak mahal, kegunaannya besar sekali.Ini juga menyangkut
ketelitian dan kemampuan perencanaan.
Sekolah-sekolah islami sampai saat ini masih sering menghadpi
kekurangan biaya dalam pengadaan alat pelajaran.Itu sudah jelas. Akan tetapi, kekurangan dana itu pun
ditambah dengan kenyataan lemahnya perencanaan dan kurangnya ketelitian. Dengan
demikian, dana yang kurang menjadi lebih besar dampaknya terhadap rendahnya
mutu sekolah.
Peralatan sekolah harus dirancang secara meneyeluruh dan
teliti.Dahulukan alat-alat yang setiap hari digunakan, setelah itu alat-alat
yang sering digunakan, lalu alat yang jarang digunakan.Ini dilihat dari
frekuensi penggunaan alat. Dahulukan alat yang betul-betul diperlukan dan tidak
dapat diganti dengan alat atau cara lain. Misalnya tiruan tubuh manusia untuk
pengajaran anatomi. Alat ini tidak dapat diganti dengan alat lai, dan tidak
pula dapat dipenuhi dengan cara lain. Pengajaran verbal bagaimanapun baiknya,
tidak akan mampu menjadikan siswa memahami anatomi manusia tanpa bantuan alat
itu, alat seperti ini harus didahulukan. Rekaman video tentang shalat dan wudhu
dapat dibelakangkanpengadaannya karena hal ini dapat diganti dengan
demonstrasi.Nah, setelah alat-alat yang amat perlu itu ada, barulah alat-alat
yang tidak mutlak perlu diadakan, jika biayanya da.Pengadaan buku-buku
perpustakaan pun demikian.Dahulukan buku referensi, sebab buku ini jarang dapat
dibeli murid karena mahal dan kadang-kadang sulit dicari.
Kita sering menyaksikan perpustakaan sekolah yang bukunya sedikit,
dan itu pun banyak bukunya yang kurang perlu dibagi murid.Perencanaan buku
perpustakaan sebenarnya tidak sulit. Setiap guru mengetahui dengan jelas buku apa yang
wajib dibaca untuk memahami bidang studi yang dipegannya.
Pengadaan alat-alat sekolah secara keseluruhan sebenarnya tidak
sulit.Yang terjadi selama ini adalah yayasan memang kurang memperhatikan unsur
perencanaan itu.Atau ada perencanaan, tetapi kurang teliti.Jika memang yayasan
tidak mempunyai tenaga ahli dalam membuat rencana pengadaan alat-alat itu,
yayasan dapat dengan mudah mencari konsultan untuk itu.Dan konsultan itu tidak
mahal, bahkan kadang-kadang gratis.
Yang menjadi persoalan sebenarnya adalah itu tadi; yayaysan kadang-kadang
kurang memperhatikan hal itu; yayasan sepertinya menganggap perencanaan itu
kurang penting; bagi yayasan seolah-olah berdirinya sekolah itulah yang
penting; jika sekolah sudah berjalan, nanti pengadaan alat-alat
menyusul.Perencanaan pengadaan alat-alat
yang kurang benar dan kurang teliti pasti kelak akan menimbulkan penyesalan,
kadang-kadang mengakibatkan pemborosan. Sebenarnya, semakin disadari sulitnya
mencari dana, seharusnya semakin disadari, juga pentingnya perencanaan yang
benar dan teliti. Jika diperlukan penahapan, maka tahap pertama adalah
penyususnan rencana, dan tahap kedua pencarian dana. Penyusunan rencana relatif
mudah, cari saja konsultan. Yang cukup rumit dan memusingkan adalah masalah
dana.
Muslim
Indonesia biasanya mempunyai kelemahan dalam perencanaan; ini kelihatan dalam
fisik bangunan sekolah islami, tata letak, pengadaan alat-alat belajar, dan
lain-lain. Sebabnya munkin kurang ahli dalam perencanaan, dapat juga kurang
ketelitian, atau terpaksa, misalnya waktu yang amat terbatas atau dana yang
amat kecil. Selain itu, umat Islam juga kelihatannya kurang memperhatikan segi
ketelitian dalam pemeliharaan alat-alat itu.Lihatlah segi kebersihan,
penyimpanan, dan bahkan tatkala menggunakan alat-alat.Kelemahan dalam
perencanaan ditambah dengan kelemahan dalam pemeliharaan pasti mempunyai dampak
negative tehadap mutu sekolah.
Marilah kita
batasi pada alat pendidikan berupa tanah, bangunan, perabot berupa mebel, dan
perlengkapan yang digunakan langsung dalam belajar. Sekolah yang kurang pemeliharaan
kadang-kadang kelihatan kumuh; ini berpengaruh pada proses belajar-mengajar.
Sekolah yang benar-benar memenuhi syarat kebersihan, keindahan, kesehatan,
ketertiban, dan keamanan akan mempunyai pengaruh positif terhadap proses
pendidikan. Keadan itu sendiri akan memberikan pengaruh yang positif kepada
para pelajar.
Pada umumnya kepala sekolah dan guru dihadapkan pada pemanfaatan
bangunan lama dan alat-alat lama.Peralatan tua, belum lapuk, dapat saja
digunakan; membangun yang baru pasti memerlukan biaya besar.Dalam hal ini,
renovasi, terutama perbaikan interior ruangan, dapat menimbulkan daya tarik
baru.
Hal lain
yang perlu mendapat perhatian adalah ruang belajar. Ruang belajar yang tidak
baik selalu mahal.Pengelolaan itulah yang amat menentukan.Di dalam kelas tidak
perlu ada barang-barang (gambar, misalnya) yang menempel pada dinding, dinding
lebih baik kososng; dinding harus bersih.Warana putih adalah yang terbaik.Papan
tulis harus benar-benar baik, lebar, mudah ditulis, mudah dihapus.Kapur tulis harus
yang baik. Alat-alat ini secaralangsung mempengaruhi proses pendidikan. Ruang
praktek demikian juga.
Salah satu alat yang harus juga mendapat perhatian adalah WC.Pertama,
WC harus mencukupi jumlahnya sesuai dengan kebututhan siswa; kedua, WC
pelajar putri dibedakan (dipisahkan) dari WC pelajar putra.WC kepala sekolah,
guru, dan pegawai juga disediakan secara khusus.WC harus cukup airnya, juga
harus bersih.Penenrangan pada WC besar pengaruhnya pada kebersihan; WC yang
kurang terang cenderung mengajak kurang bersih.WC yang kotor menimbulkan citra
yang buruk terhadap sekolah itu.
Penerangan
ruang belajar dan ruang perpustakaan juga perlu diperhatikan.Cahaya hendaknya
dating dari atas bahu kiri siswa. Cahaya yang dating dari luar, yang
kadang-kadang menyilaukan, dapat diatasi denagn cara memasang kain jendela;
cahaya matahari jangan masuk secara langsung ke dalam kelas.
Lantai bangunan bukanlah sekadar untuk diinjak; lantai bukan
sesuatu yang spele.Lantai member rasa aman, betah (kerasan).Jadi, lantai
memberikan pengaruh kejiwaan.Lantai tidak perlu dari bahan yang mahal; yang
perlu di sini adalah kebersihannya.
Alat pemadam
kebakaran perlu disediakan, sama perlunya dengan obat-obat pertolongan pertama
pada kecelakaan. Alat pemadam kebakaran ituharus diperiksa secara periodic
untuk meyakinkan apakah dapat digunakan tatkala diperlukan.
Masalah ini
pada dasarnya berkisar pada persoalan ketelitian dan kebersihan.Ketelitian
ditandai oleh adanya perencanaan. Untuk kebersihan, terutama sekolah-sekolah di
kota, sekarang ini sebaiknya diserahjan kepada perusahaan pembersih (cleaningservice).
Masalah lain
yang perlu diperhatikan adalah perusakan yang sering dilakukan oleh siswa yang
“gatal tangan”. Perilaku ini banyak penyebabnya, antara lain adanya rasa kurang
aman, frustasi, balas dendam karena merasakan ketidakadilan, dan perkelahian
antar kelompok. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
-
Bangkitkan rasa bangga akan keindahan,
keuinikan sekolah, ini harus dicontohkan oleh kepala sekolah, guru, dan aparat
lainnya. Ajaran agama tentang kebersihan dapat membantu disini.
-
Siapkan bangunan dalam kondisi prima pada
tahun ajaran baru. Itu dilakukan dalam liburan sekolah. Dinding di bersihkan,
bangku dan lain-lain demikian juga. Anak-anak yang masuk pada hari-hari pertama
tidak lagi melihat coretan-coretan pada dinding atau pada bangkunya. Ini akan
ada pengeruhnya.
-
Ketertiban di kelas harus terkendali.
Hal-hal kecil jangan dibiarkan. Kadang=kadang tanpa diketahui halkecil itu
berkembang menjadi persoalan besar.
-
Janganlah mengatakan bahwa anak-anak itu
nakal hanya karena membuat coretan pada dinding. Lebih bijak memanggilnya dan
guru menghapus coretan itu bersama anak itu tadi. Boleh dinasihati agar tidak
membuat coretan lagi.
Dalam hal menanggulangi kenakalan pelajar, fungsi guru
agama diperkirakan cukup besar.Kerjasama guru agama dengan seluruh aparat
sekolah perlu dipererat.
Pemeliharaan alat-alat sebenarnya memerlukan dana yang
besar juga. Ini tidak dapat dihindari. Tujuannya antara lain adalah untuk
menghemat. Pengaruhnya besar pada pendidikan.
A. Kesimpulan
Dalam pendidikan Islam alat/media yang berupa
benda perlu dikembangkan.Alat/media yang berupa non-benda juga perlu mendapat
perhatian.Zakiah Darajat menyebutkan
pengertian alat pendidikan sama dengan media pendidikan sebagai sarana
pendidikan.
Alat pendidikan ternyata mencangkup pengertian
yang luas.Yang termasuk didalamnya berupa benda, seperti kelas, perlengkapan
belajar dan yang sejenisnya.Alat ini disebut juga dengan alat peraga.
Sedangkan yang merupakan alat bukan benda ialah
dapat berupa situasi pergaulan bimbingan perintah, ganjaran teguran, anjuran
serta tugas ancaman maupun hukuman.
Dengan demikian apabila pendidikan Islam
memanfaatkan alat/media pengajaran tersebut secara optimal, maka peserta didik
akan memiliki pemahaman yang bagus terhadap materi yang disampaiakan. Serta
meningkatkan morasl dan akhlak yang baik dengan memperhatikan penggunaan
alat/media pengajaran tersebut akan mampu tercapainya tujuan pendidikan islam
yang efektif.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
dari isi dan cara penulisan.
Untuk itu kami sebagai penyusub mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami
sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah
wawasan untuk memperbaiki penyusunan makalah kami
DAFTAR PUSTAKA
ü Gustina Mira. 2014.Pengertian
dan tujuan Pendidikan Agama Islam Menurut para Ahli. 15-03-16.
http://miragustina90.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama.html.
ü Nata Abuddin. 2010. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
ü Rosyidin Dedeng. 2009. Konsep
Pendidikan Formal Dalam Islam. Bandung:
Pustaka Nadwah.
ü Tafsir
Ahmad. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya.
ü Yahya. Alat/Media Pembelajaran PAI. 14-03-16. http://yahya29.heck.in/makalah-alat-media-pendidikan-islam.xhtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar